Sabtu, 02 Januari 2010

35 Guyon Ala “Gusdur”

Berikut ini saya kutip dari berbagai sumber sebagian guyon Gusdur, yang dikenal sebagai Bapak Prulalisme, Kiyai Nyeleneh dan terakhir ada yang memberi gelar Kiyai Ad- Dakhil ( Sang Penakluk ). Anda Penasaran, ikuti guyon Gusdur berikut ini

1. Jarak Tuhan dengan Hamba

Yang paling jauh dengan Tuhannya adalah
a. Agama Islam, karena selalu mengucapkan ‘Allahu Akbar’ (dengan suara kencang),
b. Agama Hindu panggil Tuhannya ‘o….mm’ (dengan suara pelan),
c. Agama Kristen memangil Tuhannya ‘Bapak dan Bunda’ (dengan suara terisak)

2. Hasil Otopsi Dokter Bedah Terhadap Kepala Presiden RI.

a. Bung Karno hanya otak kanannya yang berkembang karenanya Bung Karno suka dengan wanita,
b.Habibi hanya otak kirinya yang berkembang karenanya dia suka teknologi,
c. Soeharto saat dibuka kepalanya tidak ada otaknya.
d. Gus Dur saat dibuka kedua otak kanan dan kirinya berkembang, tapi tidak pernah nyambung,” ujarnya menirukan lelucon Gus Dur. [win/bar]

3. Siapa yang Paling Hebat?

Di atas geladak kapal perang US Army tiga pemimpin negara sedang “berdiskusi” tentang prajurit siapa yang paling berani. Eh kebetulan di sekitar kapal ada hiu-hiu yang sedang kelaparan lagi berenang mencari makan …

a.Bill Clinton (AS): Kalau Anda tahu … prajurit kami adalah yang terberani di seluruh dunia … Mayor .. sini deh … coba kamu berenang keliling ini kapal sepuluh kali.

Mayor: (walau tahu ada hiu) siap pak, demia “The Star Spangled Banner” saya siap ,,, (akhirnya dia terjun dan mengelilingi kapal 10 kali sambil dikejar hiu).

Mayor: (naik kapal dan menghadap) Selesai pak!!! Long Live America!!

Clinton: Hebat kamu, kembali ke pasukan!

b.Koizumi (PM.Jepang) : (tak mau ketinggal, dia panggil sang sersan) Sersan! Menghadap sebentar (sang Sersan datang) … coba kamu keliling kapal ini sebanyak 50 kali … !

Sersan: (melihat ada hiu … glek … tapi) for the queen I’am ready to serve!!! (pekik sang sersan, kemudian membuka-buka baju lalu terjun ke laut dan berenang keliling 50 kali … dan dikejar hiu juga).

Sersan: (menghadap sang perdana menteri) GOD save the queen!!!

Koizumi: Hebat kamu … kembali ke tempat … Anda lihat Pak Clinton … Prajurit saya lebih berani dari prajurit Anda … (tersenyum dengan hebat …)

c. Gusdur (RI): Kopral ke sini kamu … (setelah datang …) saya perintahkan kamu untuk terjun ke laut lalu berenang mengelilingi kapal perang ini sebanyak 100 kali … ok?

Kopral: Hah … Anda gila yah …! Presiden nggak punya otak … nyuruh berenang bersama hiu … kurang ajar!!! (sang Kopral pun pergi meninggalkan sang presiden …)

Gus Dur: (Dengan sangat bangga) Anda lihat Pak Clinton dan Pak … Cumi Cumi … kira-kira siapa yang punya prajurit yang paling BERANI!!! … Hidup Indonesia … !!!

4. Beda NU lama dengan NU baru

Suatu hari, di bulan Ramadhan, Gus Dur bersama seorang kyai lain (kyai Asrowi) pernah diundang ke kediaman mantan presiden Soeharto untuk buka bersama.

Setelah buka, kemudian sholat maghrib berjama’ah. Setelah minum kopi, teh dan makan, terjadilah dialog antara Soeharto dan Gus Dur.

Soeharto: “Gus Dur sampai malam di sini?”

Gus Dur: “Engga Pak! Saya harus segera pergi ke ‘tempat lain’.”

Soeharto: “Oh iya ya ya… silaken. Tapi kyainya kan ditinggal di sini ya?”

Gus Dur: “Oh, iya Pak! Tapi harus ada penjelasan.”

Soeharto: “Penjelasan apa?”

Gus Dur: “Sholat Tarawihnya nanti itu ‘ngikutin’ NU lama atau NU baru?”

Soeharto jadi bingung, baru kali ini dia mendengar ada NU lama dan NU baru. Kemudian dia bertanya.

Soeharto: “Lho NU lama dan NU baru apa bedanya?”

Gus Dur: ” Kalau NU baru lama, Tarawih dan Witirnya itu 23 rakaat.”

Soeharto: “Oh iya iya ya ya… ga apa-apa….”

Gus Dur sementara diam.

Soeharto: “Lha kalau NU baru?”

Gus Dur: “Diskon 60% !”

Hahahahahaha…. (Gus Dur, Soeharto, dan orang-orang yang mendengar dialog tersebut pun tertawa.) :mrgreen:

Gus Dur: “Ya, jadi sholat Tarawih dan Witirnya cuma tinggal 11 rakaat.”

Soeharto: “Ya sudah, saya ikut NU baru aja, pinggang saya sakit.”

5.Sopir Metromini dan Juru Dakwah

Di pintu akherat seorang malaikat menanyai seorang sopir Metro Mini. “Apa kerjamu selama di dunia?” tanya malaikat itu.

“Saya sopir Metro Mini, Pak.” Lalu malaikat itu memberikan kamar yang mewah untuk sopir Metro tersebut dan peralatan yang terbuat dari emas.

Lalu datang Gus Dur dengan dituntun ajudannya yang setia. “Apa kerja kamu di dunia?” tanya malaikat kepada Gus Dur.

“Saya mantan presiden dan juga juru dakwah Pak…” lalu malaikat itu memberikan kamar yang kecil dan peralatan dari kayu. Melihat itu Gus Dur protes.

“Pak kenapa kok saya yang mantan presiden sekaligus juru dakwah mendapatkan yang lebih rendah dari seorang sopir Metro..?” Dengan tenang malaikat itu menjawab: “Begini Pak… Pada saat Bapak ceramah, Bapak membuat orang-orang semua ngantuk dan tertidur… sehingga melupakan Tuhan. Sedangkan pada saat sopir Metro Mini mengemudi dengan ngebut, ia membuat orang-orang berdoa ….” (mbs)

6. Ikan Curian Gusdur Jadi Halal

Gus Dur menjadi santri di Pondok Pesantren Salaf Asrama Perguruan Islam (Ponpes Salaf API) Tegalrejo, Magelang, antara 1957-1959. Gus Dur bersama beberapa teman-temannya merancang skenario pencurian ikan di kolam milik Sang Guru, Kiai Haji Chudlori.

Waktu itu, Gus Dur menyuruh teman-temannya untuk mencuri ikan di kolam sementara Gus Dur mengawasi di pinggir kolam,”

Gus Dur tak ikut masuk ke kolam dengan dalih mengawasi jika sewaktu-waktu KH Chudlori keluar dan melewati kolam. Tak lama kemudian, lanjut dia, KH Chudlori yang setiap pukul 01.00 WIB selalu keluar rumah untuk menuaikan shalat malam di masjid melintas di dekat kolam. Seketika itu juga, teman-teman Gus Dur yang sedang asyik mengambil ikan langsung disuruh kabur. Sementara Gus Dur tetap berdiri di pinggir kolam dengan memegang ikan hasil curian.

Gus Dur kepada KH Chudlori , kalau tadi ikan milik kiai telah dicuri dan Gus Dur mengaku berhasil mengusir para pencuri itu, ikan hasil curiannya berhasil Gus Dur selamatkan.

Atas “jerih-payah” Gus Dur itu, KH Chudlori menghadiahkan ikan tersebut kepada Gus Dur supaya dimasak di kamar bersama teman-temannya. Akhir kata, ikan itu akhirnya dinikmati Gus Dur bersama teman-teman bengalnya.

Jelas Gus Dur mendapat protes keras dari teman-temannya yang disuruhnya mencuri tadi. Namun bukan Gus Dur namanya jika tak bisa berdalih, yang lebih penting adalah hasilnya.

“Wong awakmu yo melu mangan iwake. Lagian, iwake saiki wis halal wong uwis entuk izin seko kyai. (Kamu juga ikut makan ikannya. Lagi pula, ikan curian tersebut sudah halal, karena telah mendapat izin dari kiai-red)

7. Dialog Presiden Dengan Tuhan

a. Ronald Reagen (AS), ” Tuhan, kapan negara kami makmur?, Tuhan jawab,” 20 tahun lagi”. Presiden AS menangis.

b. Presiden Syarkozy ( Prancis), ” Tuhan, kapan negara Prancis makmur?, Tuhan menjawab, ” 25 tahun lagi”, Mendengar jawaban Tuhan, Presiden Prancis menangis.

c. Tony Blair ( PM. Inggris ). ” Tuhan, kapan negara Inggeris bisa makmur”, Tuhan menjawab,” 20 tahun lagi”, PM. Tony Blair ikut juga menangis.

d. Gusdur ( Presiden RI),” Tuhan, kapan negara Indonesia bisa makmur?,” ternyata Tuhan tidak jawab, gantian Tuhan yang menangis.


8.Menebak Usia Mumi

Ini cerita Gus Dur beberapa tahun yang lalu, sewaktu jaman Orde Baru. Cerita tentang sayembara menebak usia mumi di Giza, Mesir. Puluhan negara diundang oleh pemerintah Mesir, untuk mengirimkan tim ahli Palaeo Antropologinya yang terbaik.

Akan tetapi, pemerintah Indonesia lain dari yang lain, namanya juga jaman Orde Baru yang waktu itu masih bergaya represif misalnya banyaknya penculikan para aktivis. Makanya pemerintah mengirimkan seorang aparat yang komandan intel.

Setelah sejumlah negara maju untuk menebak usai mumi, giliran delegasi Indonesia yang maju. Pak Komandan bertanya kepada panitia, bolehkan dia memeriksa mumi itu di ruang tertutup. “Boleh, silahkan,” jawab panitia.

Lima belas menit kemudian, dengan tubuh berkeringan Pak Komandan Intel itu keluar dan mengumumkan temuannya kepada tim juri. “Usia mumi ini enam ribu dua ratus empat puluh lima tahun enam bulan tujuh hari,” katanya dengan lancar.

Ketua dan seluruh anggota tim juri terbelalak dan saling berpandangan, heran dan kagum jawaban itu tepat sekali.

Menjelang kembali ke Indonesia, Pak Komandan Intel dikerumuni wartawan dalam dan luar negeri di lobby hotel. “Anda luar biasa,” kata mereka. “Bagaimana cara Anda tahu dengan persis usia mumi itu?”

Pak Komandan dengan enteng menjawab, “Saya gebuki, ngaku dia!”

9.Ohh Internet

Suatu kali ada seorang Kiai Madura yang membanggakan pembangunan pesantrennya kepada Gus Dur.

“Wah … pesantren saya sudah jadi. Lengkap, bangunannya luas bertingkat,” katanya dengan wajah bangga. “Kapan-kapan Gus Dur harus ke sana. Soalnya sudah lengkap dengan eternit,” tambahnya lagi.

“Eternit?” tanya Gus Dur sambil berpikir setiap bangunan kan memang perlu eternit.

“Payah, mosok nggak ngerti. Itu lho yang pakai komputer …!”
“Ohhh … internet,” jawab Gus Dur bersama-sama beberapa orang yang hadir sambil tertawa.

10.Stek Tumbuhan

Di ruang perpustakaan pribadinya, sedang terjadi diskusi yang serius antara Gus Dur dengan salah seorang anaknya yang kepingin jadi anggota LKIR.

Gus Dur: “Memangnya apa yang bisa kamu sumbangkan untuk LKIR sekolahmu?”
Anak: “Sebuah penemuan dari penelitian yang saya lakukan sendiri.”
Gus Dur: “Apa itu?”
Anak: “Penggabungan (stek) tiga jenis tumbuhan yang sangat berlainan spesiesnya. Dan ternyata berhasil.”
Gus Dur: “Apa tiga jenis tumbuhan itu …?”
Anak: “Kelapa, singkong, dan tebu.”
Gus Dur: (terdiam, sepertinya tidak percaya) “Lalu apa yang terjadi dengan ketiga tumbuhan itu?’
Anak: “Jadi gethuk

11.Tiga Jenis Orang NU


Rumah Gus Dur di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, sehari-harinya tidak pernah sepi dari tamu. Dari pagi hingga malam. Bahkan tak jarang sampai dini hari para tamu ini datang silih berganti baik yang dari kalangan NU maupun bukan. Mereka pun banyak dari luar kota.

Menggambarkan fanatisme orang NU, Gus Dur mengatakan, tamu-tamu itu ada tiga tipe orang NU.

Pertama :“Kalau mereka datang dari pukul 07.00 – 21.00 dan menceritakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen dan fanatik terhadap NU,” kata Gus Dur.

Kedua:” mereka yang meski sudah larut malam, sekitar pukul 21.00-01.00, masih mengetuk pintu Gus Dur dan membicarakan NU. “Ini namanya orang gila NU,” ujarnya.

Ketiga: “ kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu rumah saya jam dua dinihari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila,” kata Gus Dur sambil terkekeh.

12.Ho Oh



Seorang ajudan Presiden Bill Clinton dari Amerika Serikat sedang jalan-jalan di Jakarta. Karena bingung dan tersesat, dia kemudian bertanya kepada seorang penjual rokok. “Apa betul ini Jalan Sudirman?” “Ho oh,” jawab si penjual rokok.

Karena bingung dengan jawaban tersebut, dia kemudian bertanya lagi kepada seorang Polisi yang sedang mengatur lalu lintas. “Apa ini Jalan Sudirman?” Polisi menjawab, “Betul.”

Karena bingung mendapat jawaban yang berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur yang waktu itu kebetulan melintas bersama ajudannya. “Apa ini Jalan Sudirman?” Gus Dur menjawab “Benar.”

Bule itu semakin bingung saja karena mendapat tiga jawaban yang berbeda. Lalu akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi, mengapa waktu tanya tukang rokok dijawab “Ho oh,” lalu tanya polisi dijawab “betul” dan yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata “benar.”

Gus Dur tertegun sejenak, lalu dia berkata, “Ooh begini, kalau Anda bertanya kepada tamatan SD maka jawabannya adalah ho oh, kalau yang bertanya kepada tamatan SMA maka jawabannya adalah betul. Sedangkan kalau yang bertanya kepada tamatan Universitas maka jawabannya benar.

Ajudan Clinton itu mengangguk dan akhirnya bertanya, “Jadi Anda ini seorang sarjana?”

Dengan spontan Gus Dur menjawab, “Ho … oh!”

13. Made In Japan, Sangat Cepat …

Di luar Hotel Hilton, Gus Dur bersama sahabatnya yang seorang turis Jepang mau pergi ke Bandara. Mereka naik taksi di jalan, tiba-tiba saja ada mobil kencang sekali menyalip taksinya. Dengan bangga Si Jepang berteriak, “Aaaah Toyota, made in Japan. Sangat cepat…!”

Tidak lama kemudian, mobil lain menyalip taksi itu. Si Jepang teriak lagi, “Aaaah Nissan, made ini Japan. Sangat cepat.”

Beberapa lama kemudian, taksi yang ia naiki lagi-lagi disalip mobil, dan Si Jepang teriak lagi “Aaaah Mitsubishi. Made in Japan sangat cepat…!” Gus Dur dan sopir taksi itu merasa kesal melihat Si Jepang ini bener-bener nasionalis.

Kemudian, sesampainya di bandara, sopir taksi bilang ke Si Jepang. “100 dolar, please…”

“100 dolars…?! Ini tidak jauh dari hotel.”

“Aaaah… Argometer made in Japan kan sangat cepat sekali,” kata Gus Dur menyahut Si Jepang itu.

****

14. Kesatuan Ummat Beragama

Guyonan lainnya dilontarkan Gus Dur saat menghadiri “Seminar wawasan kebangsaan Indonesia” di Batam. Di hadapan 100 pendeta dari seluruh propinsi Kepulauan Riau, Gus Dur menjelaskan kebersamaan harus diawali dengan sikap berbaik hati terhadap sesama.

“Oleh karena itu seluruh umat bertanggung jawab atas masa depan bangsa. Boleh berantem satu sama lain, tapi keselamatan bangsa tetap diutamakan,” kata Gus Dur disambut tawa peserta.

***

15.DPR Turun Pangkat

Dia juga sempat melontarkan guyonan tentang prilaku anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Sempat menyebut mereka sebagai anak Taman Kanak-Kanak. Gus Dur pun berseloroh anggota DPR sudah “turun pangkat” setelah ricuh dalam sidang paripurna pembahasan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) pada 2004 silam.

“DPR dulu TK, sekarang playgroup,” kata Gus Dur, ketika menjawab pertanyaan wartawan tentang kejadian di DPR saat sidang itu.

***

16.Menyesal Bertemu Bidadari

Bahkan saat menanggapi aksi jihad yang dilakukan oleh banyak warga muslim yang percaya kematiannya akan menjamin tempat di surga, Gus Dur malah kembali melemparkan leluconnya.

“Gus, betulkah para pengebom itu mati syahid dan bertemu bidadari di surga?” tanya seorang wartawan kepada Gus Dur.

Gus Dur pun menjawab, “Memangnya sudah ada yang membuktikan?”

“Tentu saja belum kan, ulama maupun teroris itu kan juga belum pernah ke surga. Mereka itu yang jelas bukan mati syahid tapi mati sakit. Dan kalau pun mereka masuk surga, mereka akan menyesal bertemu bidadari, karena kepalanya masih tertinggal di dunia dan ditahan polisi,” lanjut Gus Dur cengengesan.

17.Hallo Abdurrahman Saleh Sudah Mendarat di Airport Abdurahman Wahid


Pada akhir April 2000, Gus Dur sempat ke Malang, dan mendarat di Bandara Abdurrahman Saleh. Ini mengingatkan dia pada peristiwa belasan tahun silam, ketika dia mendarat di bandara yang sama dari Jakarta, saat masih ada penerbangan regular dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Malang.

Waktu itu Gus Dur bersama antara lain Almarhum Jaksa Agung Sukarton Marmosujono. Sebagaimana lazimnya untuk rombongan orang penting, mereka pun disambut oleh pasukan Banser NU.
Ketika rombongan sudah siap berangkat ke Selorejo, sekitar 60 kilometer dari bandara, petugas Banser melaporkan pada posko melalui handy talky.
“Halo, halo, rojer,” kata Mas Banser. “Lapor: Abdurrahman Saleh sudah mendarat di airport Abdurrahman Wahid!”

18. Kaum Almarhum

Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya pada isyarat dari makam-makam leluhur? Kelihatannya dia memang percaya, sebab Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh membela “ideologi”nya itu. Padahal hal tersebut sering membuat repot para koleganya.

Tapi, ini mungkin jawaban yang benar, ketika ditanya kenapa Gus Dur sering berziarah ke makam para ulama dan leluhur.

“Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka yang mati itu sudah tidak punya kepentingan lagi.” Katanya.


19. Lupa Tanggal Lahir

Gus Dur, nama lengkapnya adalah Abdurrahma Al-Dakhil. Dia dilahirkan pada hari Sabtu di Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Ada rahasia dalam tanggal kelahirannya. Gus Dur ternyata tidak tahu persis tanggal berapa sebenarnya dia dilahirkan.

Sewaktu kecil, saat dia mendaftarkan diri sebagai siswa di sebuah SD di Jakarta, Gus Dur ditanya, ” Namamu siapa Nak?” “Abdurrahman,” jawab Gus Dur.

“Tempat dan tanggal lahir?’ “Jombang …,” jawab Gus Dur terdiam beberapa saat.
“Tanggal empat, bulan delapan, tahun 1940,” lanjutnya

Gus Dur agak ragu sebab dia menghitung dulu bula kelahirannya. Gus Dur hanya hapal bulan Komariahnya, yaitu hitungan berdasarkan perputaran bulan. Dia tidak ingat bulan Syamsiahnya atay hitungan berdasarkan perputaran matahari.

Yang Gus Dur maksud, dia lahir bulan Syakban, bulan kedelapan dalam hitungan Komariag. Tetapi gurunya menganggap Agustus, yaitu bulan delapan dalam hitungan Syamsiah.

Maka sejak itu dia dianggap lahir pada tanggal 4 Agustus 1940. Padahal sebenarnya dia lahir pada 4 Syakban 1359 Hijriah atau 7 September 1940.

20. Santri Dilarang Merokok

“Para santri dilarang keras merokok!” begitulah aturan yang berlaku di semua pesantren, termasuk di pesantren Tambak Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur pernah nyatri. Tapi, namanya santri, kalau tidak bengal dan melanggar aturan rasanya kurang afdhol.

Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di pesantren itu tiba-tiba padam. Suasana pun jadi gelap gulita. Para santri ada yang tidak peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang terlihat jalan-jalan mencari udara segar.

Di luar sebuah rumah, ada seseorang sedang duduk-duduk santai sambail merokok. Seorang santri yang kebetulan melintas di dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di tengah kegelapan itu.

“Nyedot, Kang?” sapa si santri sambil menghampiri “senior”-nya yang sedang asyik merokok itu. Langsung saja orang itu memberikan rokok yang sedang dihisapnya kepada sang “yunior”. Saat dihisap, bara rokok itu membesar, sehingga si santri mengenali wajah orang tadi.

Saking takutnya, santri itu langsung lari tunggang langgang sambil membawa rokok pinjamannya. “Hai, rokokku jangan dibawa!” teriak Kiai Fatta.

21. Kuli dan Kyai

Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan serius dalam bahasa Arab.

Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka, sambil berucap: Amin, Amin, Amin!

Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka: “Lho kenapa Anda berkerumun di sini?”

“Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai.”

22. Sate Babi

Suatu ketika Gus Dur dan ajudannya terlibat percakapan serius.
Ajudan: Gus, menurut Anda makanan apa yang haram?
Gus Dur: Babi
Ajudan: Yang lebih haram lagi
Gus Dur: Mmmm … babi mengandung babi!
Ajudan: Yang paling haram?
Gus Dur: Mmmm … nggg … babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi!

23. Tak Punya Latar Belakang Presiden

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid memang unik. Dalam situasi genting dan sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.

Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat diinterview salah satu televisi swasta. “Waktu itu saya hampir menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan,” ujar Mahfud.

Tak dinyana, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. “Pak Mahfud harus bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden kok,” ujar Gus Dur santai.

Karuan saja Mahfud MD pun tidak berkutik. “Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai Menhan,” kelakar Mahfud.

24.Obrolan Presiden

Saking sudah bosannya keliling dunia, Gus Dur mencari suasana baru. Saat itu dia mengundang Presiden Amerika Serikat dan Perancis terbang bersama Gus Dur keliling dunia dengan pesawat kepresidenan RI 1. Boleh dong, memangnya hanya AS dan Prancis saja yang punya pesawat kepresidenan.

Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.

Betul dugaan Gus Dur, tidak lama Presiden Amerika, saat itu, Bill Clinton, mengeluarkan tangannya ke luar pesawat. Sesaat kemudian dia berkata, “Wah kita sedang berada di atas New York.”

“Lho kok bisa tau?” tanya Gus Dur.

“Ini patung Liberty saya pegang.”

Presiden Prancis Jacques Chirac tak mau kalah. Dia ikut mengulurkan tangannya ke luar pesawat. “Kita sedang berada di atas Paris,” katanya.

“Wah… kok bisa tau juga?” kata Gus Dur.

“Itu… menara Eiffelnya, saya bisa sentuh.”

Gus Dur panas mendengar kesombongan Clinton dan Chirac. Kali ini giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya.

“Wah… kita sedang berada di atas Tanah Abang,” teriak Gus Dur.

“Lho kok bisa tau?” tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur tidak bisa melihat.

“Ini jam tangan saya hilang,” jawab Gus Dur kalem.

***

25. Gus Dur Diplintir Media

Gus Dur, dalam satu acara peluncuran biografinya, menceritakan tentang kebiasan salah kutip oleh media massa atas berbagai pernyataan yang pernah dikeluarkannya.

Dia mencontohkan, ketika berkunjung ke Sumatera Utara ditanya soal pernyataan Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew tentang gembong teroris di Indonesia. Gus Dur mengatakan, pada saatnya nanti dia akan mengajarkan demokratisasi di Singapura.

Namun, media massa mengutip dia akan melakukan demo di Singapura. Walah-walah… gitu aja kok repot!

***

26. Doa Mimpi Matematika

Jauh sebelum menjadi presiden, Gus Dur dikenal sebagai penulis yang cukup produktif. Hampir tiap pekan tulisannya muncul di koran atau majalah. Tema tulisannya pun beragam, dari soal politik, sosial, sastra, dan tentu saja agama.

Dia pernah mengangkat soal puisi yang ditulis oleh anak-anak di bawah usia 15 tahun yang dimuat majalah Zaman.

Kata Gus Dur, anak-anak itu ternyata lebih jujur dalam mengungkapkan keinginannya. Enggak percaya? Gus Dur membacakan puisi yang dibuat Zul Irwan

Tuhan …
berikan aku mimpi malam ini
tentang matematika
yang diujikan besok pagi

***
27. Tiga Polisi Jujur

Gus Dur sering terang-terangan ketika mengkritik. Tidak terkecuali ketika mengkritik dan menyindir polisi.

Menurut Gus Dur di negeri ini hanya ada tiga polisi yang jujur. “Pertama, patung polisi. Kedua, polisi tidur. Ketiga, polisi Hoegeng (mantan Kapolri Hoegeng Imam Santoso).”

Lainnya? Gus Dur hanya tersenyum

28.Obrolan Hari Jumat

Pernah suatu ketika Gus Dur di ruang kerjanya di Istana Merdeka menerima Mohammad Sobary, peneliti dari LIPI, kolumnis dan pernah menjadi pemimpin Kantor Berita Antara dan Djohan Effendi (Kepala Litbang Departemen Agama).

Hampir sepanjang hari Gus Dur berbincang-bincang dengan kedua sahabatnya tersebut. Sobary sempat menjadi moderator ketika berlangsung dialog antara Gus Dur dengan masyarakat seusai shalat Jumat di Masjid Baiturrahim (Masjid Istana Kepresidenan).

Sobary lantas mengulang cerita Gus Dur tentang hal lucu yang terjadi di sekitar Gus Dur selama masa istirahat. Sebelum shalat Jumat, Gus Dur dari ruang kerjanya menelepon Menteri Agama di kantornya.
Kebetulan yang mengangkat telepon di kantor Menteri Agama adalah seorang staf menteri.

Dialognya demikian:

Gus Dur: Hallo, saya mau bicara dengan Menteri Agama
Staf Departemen Agama: Ini siapa?

Gus Dur: Saya Abdurrahman Wahid
Staf Departemen Agama: Abdurrahman Wahid siapa?

Gus Dur: Presiden……


29.Dua Gus Adalah Musuh Orba

Di kalangan Nahdliyin, Gus adalah julukan bagi anak kiai yang mereka hormati . Panggilan hormat itu tetap melekat, bahkan sampai si anak sudah jadi bapak atau kakek . Begitulah, menurut Gus Dur, ada Gus Nun, Gus Mus, dan lain-lain-anpa menyebut diri sendiri.

Lain sikap hormat kalangan Nahdliyin, lain pula pandangan pemerintah Orde Baru. Yang terakhir ini tak suka dengan para Gus itu, terutama yang kritis terhadap kekuasaan.

Kekritisan Gus Dur terhadap pemerintah Orde Baru mengakibatkan ia “dikucilkan.” Gus Nun sering ngomong pedas, maka dianggap musuh pemerintah juga .

Tapi , kata Gus Dur, di acara jamuan makan malam bersama tamu-tamunya, sebenarnya ada satu “Gus” lagi yang tidak disukai pemerintah .

Para tamu pun penasaran, dan menunggu Gus siapa lagi gerangan yang dimaksud .

“Gusmao…,” ungkap Gus Dur menyebut nama belakang Kay Rala Xanana (sekarang Presiden Timor Leste), pemimpin Fretilin yang saat itu masih di penjara.

30.189 Gaya Bersetubuh

Ketika semua pihak berteriak musnahkan pornoaksi dan pornografi di negeri ini karena tidak sesuai dengan syariat Islam, Gus Dur justru kurang sependapat. Gus Dur berusaha mengambil contoh dari sisi pandangan Islam tentang porno tersebut.

Misalnya saja ketika Gus Dur menjawab interview dengan Jaringan Islam Liberal, Gus Dur menyebut kitab Raudlatul Mu’aththar sebagai korban tentang kesalahan memandang pengertian daripada kata porno.

“Anda tahu, kita Raudlatul Mu’aththar (Kebun Wewangian) itu merupakan kitab Bahasa Arab yang isinya tata cara bersetubuh dengan 189 gaya.” “Kalau begitu, kitab itu cabul dong?”

***

31. Guyon dengan Fidel Castro

Nah, ini yang jadi guyonan Gus Dur sewaktu masih menjadi Presiden Indonesia, saat berkunjung ke Kuba. Saat itu dia bertemu pemimpin Kuba, Fidel Castro.

Saat itu Fidel Castro mendatangi hotel tempat Gus Dur dan rombongannya menginap selama di Kuba. Mereka pun terlibat pembicaraan hangat, menjurus serius. Agar pembicaraan tidak terlalu membosankan, Gus Dur mengeluarkan jurus andalannya, joke.

Gus Dur lalu bercerita pada pemimpin Kuba, Fidel Castro, bahwa ada 3 orang tahanan yang berada dalam satu sel. Para tahanan itu saling memberitahu bagaimana mereka bisa sampai ditahan itu.

Tahanan pertama bercerita, “Saya dipenjara karena saya anti dengan Che Guevara.” Seperti diketahui Che Guevara memimpin perjuangan kaum sosialis di Kuba.

Tahanan kedua berkata geram, “Oh kalau saya dipenjara karena saya pengikut Che Guevara!” Lalu mereka berdua terlibat perang mulut. Tapi mendadak mereka teringat tahanan ketiga yang belum ditanya.

“Kalau kamu kenapa sampai dipenjara di sini?” tanya mereka berdua kepada tahanan ketiga.

Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan berat hati, “Karena saya Che Guevara…”

Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak mendengar guyonan Gus Dur tersebut.

***

32. Becak Dilarang Masuk

Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah bercerita kepada Menteri Pertahanan saat itu, Mahfud MD, tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik. Cerita ini masuk dalam buku Setahun bersama Gus Dur, Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit.

Ceritanya, ada tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “becak dilarang masuk”. Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki becak.

“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tidak boleh masuk jalan ini,” bentak polisi.

“Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong. Becak saya kan ada yang mengemudi,” jawab si tukang becak .

“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk,” bentak pak polisi lagi.

“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti ini,” jawab si tukang becak sambil cengengesan.

***

33. Radio Islami

Seorang Indonesia yang baru pulang menunaikan ibadah haji terlihat marah-marah.

Lho kang, ngopo ngamuk-ngamuk mbanting radio? (Kenapa ngamuk-ngamuk membanting radio?)” tanya kawannya penasaran.

“Pembohong! Gombal!” ujarnya geram. Temannya terpaku kebingungan.

“Radio ini di Mekkah tiap hari ngaji Alquran terus. Tapi di sini, isinya lagu dangdut tok. Radio begini kok dibilang radio Islami.”

Sampean (Anda) tahu itu radio Islami dari mana?”

“Lha…, itu bacaannya all-transistor. Kan pakai Al.”

34. Obrolan Hari Jumat

Pernah suatu ketika Gus Dur di ruang kerjanya di Istana Merdeka menerima Mohammad Sobary, peneliti dari LIPI, kolumnis dan pernah menjadi pemimpin Kantor Berita Antara dan Djohan Effendi (Kepala Litbang Departemen Agama).

Hampir sepanjang hari Gus Dur berbincang-bincang dengan kedua sahabatnya tersebut. Sobary sempat menjadi moderator ketika berlangsung dialog antara Gus Dur dengan masyarakat seusai shalat Jumat di Masjid Baiturrahim (Masjid Istana Kepresidenan).

Sobary lantas mengulang cerita Gus Dur tentang hal lucu yang terjadi di sekitar Gus Dur selama masa istirahat. Sebelum shalat Jumat, Gus Dur dari ruang kerjanya menelepon Menteri Agama di kantornya.
Kebetulan yang mengangkat telepon di kantor Menteri Agama adalah seorang staf menteri.

Dialognya demikian:

Gus Dur: Hallo, saya mau bicara dengan Menteri Agama
Staf Departemen Agama: Ini siapa?

Gus Dur: Saya Abdurrahman Wahid
Staf Departemen Agama: Abdurrahman Wahid siapa?

Gus Dur: Presiden……


35. Dua Gus Adalah Musuh Orba

Di kalangan Nahdliyin, Gus adalah julukan bagi anak kiai yang mereka hormati . Panggilan hormat itu tetap melekat, bahkan sampai si anak sudah jadi bapak atau kakek . Begitulah, menurut Gus Dur, ada Gus Nun, Gus Mus, dan lain-lain-anpa menyebut diri sendiri.

Lain sikap hormat kalangan Nahdliyin, lain pula pandangan pemerintah Orde Baru. Yang terakhir ini tak suka dengan para Gus itu, terutama yang kritis terhadap kekuasaan.

Kekritisan Gus Dur terhadap pemerintah Orde Baru mengakibatkan ia “dikucilkan.” Gus Nun sering ngomong pedas, maka dianggap musuh pemerintah juga .

Tapi , kata Gus Dur, di acara jamuan makan malam bersama tamu-tamunya, sebenarnya ada satu “Gus” lagi yang tidak disukai pemerintah .

Para tamu pun penasaran, dan menunggu Gus siapa lagi gerangan yang dimaksud .

“Gusmao…,” ungkap Gus Dur menyebut nama belakang Kay Rala Xanana (sekarang Presiden Timor Leste), pemimpin Fretilin yang saat itu masih di penjara.